Kabupaten Musibanyuasin Sekarang

Bagi warga Sumsel, kita masih ingat bagaimana wajah kabupaten Musi Banyuasin pada lima- sepuluh tahun yang lalu. Daerah dengan Ibukota Sekayu itu adalah satu-satunya kabupaten yang paling terbelakang di Sumatera Selatan.

Satu-satunya akses jalan darat menuju Sekayu kondisinya tak pernah bisa mulus. Akibatnya perjalanan kesana bisa berlangsung hingga seharian. Bahkan tak sedikit warga yang lebih suka bepergian menggunakan kendaraan air, dengan alasan sulitnya angkutan umum dan rawan kejahatan.
Masyarakatnya pun demikian. Sebagian besar warga Muba memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Waktu itu tak jarang kita temui warga asal Muba yang belum bisa baca tulis, alias buta huruf.
Dalam pergaulan masyarakat Sumatera Selatan, menjadi warga Muba saat itu sepertinya masih dianggap sebagai orang tertinggal, terbelakang. Bahkan bermacam-macam cerita lucu selalu saja mengkonotasikannya dengan orang Muba, orang Sekayu.
Akibatnya, tak sedikit warga asal Muba yang agak malu-malu menyebutkan daerah asal, bahkan ada yang terang-terangan tak mengakui jika dirinya orang Sekayu.
Itulah keadaan Muba dimasa lampau. Kini Muba sudah berbeda. Muba dalam lima tahun terakhir sudah berubah dan berkembang pesat. Muba kini sudah berubah, dari kabupaten terbelakang menjadi kabupaten terdepan. Kabupaten terkaya!
Pendapatan daerah itu sangat fantastis. APBD nya Satu setengah trilyun lebih. Tak ada kabupaten lain di Sumatera dengan APBD sebesar itu.
Segala fasiltas dibangun dengan megah. Bahkan hal yang sebelumnya dianggap sesuatu yang mustahil di Muba, kini justru ada. Misalnya saja Sirkuit Otomotif Skyland.
Untuk memanjakan rakyatnya, Pemkab Muba berjuang sekuat tenaga untuk menelorkan ide-ide cemerlang. Hasilnya, luar biasa!
Muba menjadi satu-satunya kabupaten pertama di Indonesia yang memberlakukan Pendidikan Gratis bagi warganya. Demikian juga dengan kesehatan. Semua fasilitas kesehatan bisa didapatkan secara cuma-cuma.
Pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan juga bertebaran dimana-mana.
Sadar akan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di daerahnya, Pemkab Muba memprioritaskan peningkatan kualitas SDM melalui Pendidikan.
SMU Unggulan disediakan bagi siswa Muba yang berprestasi secara gratis. Bagi guru juga disediakan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Beasiswa untuk program S1, S2 bahkan S3 banyak dikeluarkan agar Muba memiliki banyak SDM handal. Bahkan Muba berani membiayai warganya untuk menempuh pendidikan di luar negeri.
Kondisi Kota Sekayu sebagai Ibokot juga kini sangat berbeda dengan masa lalu. Sekayu kini ibarat Mutiara di Sepanjang Sungai Musi. Kota itu telah disulap menjadi sebuah kota yang indah dan maju. Warga Muba benar-benar disenangkan oleh Pemimpinnya.
Kini, menjadi warga Muba adalah kebanggaan. Sejak lahir sudah dapat fasilitas melahirkan gratis. Saat sekolah juga diberikan sekolah gratis. Ketika sakit juga diobati secara gratis. Ketika mau menikah juga ada layanan nikah gratis. Ketika matipun kita masih mendapat layanan Asuransi kematian yang gratis.
Nah, palagi yang kurang?
Oleh karena itu, kini dalam pergaulan masyarakat di luar Muba, orang Sekayu akan mengakui secara tegas jika ditanya dari mana asalnya.
“Ika Wong Sekayu”, ujar Cik Kawairus, warga Sekayu yang biasa bergaul di Palembang. Kini Cik selalu bangga menceritakan kemajuan daerahnya. Ia tak malu lagi jadi orang Sekayu, dan cerita-cerita lucu tentang “kedunguan” orang Sekayu, kini jarang terdengar lagi.
Muba Diambang Sejahtera!

PEMKAB MUBA CANANGKAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Pemkab Muba), mencanangkan pelayanan terpadu satu pintu yang dipusatkan di satu gedung di Sekayu.
Pelayanan terpadu satu pintu itu mencakup 48 jenis pelayanan untuk masyarakat, kata Bupati Muba, H. Alex Noerdin di Palembang, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, program tersebut dalam upaya memberikan pelayanan lebih baik dan mudah kepada masyarakat seperti pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), sertifikat tanah, izin mendirikan bangunan dan lainnya.
Dikatakannya, dari 48 jenis pelayanan itu terdapat 11 diantaranya diberikan secara gratis antara lain pembuatan KTP, Surat Izian Mengemudi, bantuan hukum, pembuatan akte kelahiran, sertifikat tanah termasuk layanan melahirkan gratis.
Layanan gratis tersebut diprioritaskan bagi masyarakat yang kurang mampu, katanya.
Menyinggung kemungkinan program tersebut sulit diterapkan di tingkat bawah, menurut bupati, Pemkab Muba dalam menjalankan program pembangunan yang terpenting dijalani dulu baru kemudian dilakukan pembenahan secara bertahap.
Dengan cara demikian, tidak akan ada dinas instansi di suatu daerah dalam wilayah Kabupaten Muba yang tidak mampu melaksanakannya sehingga diharapkan masyarakat terutama warga miskin dapat memperoleh pelayanan lebih baik tanpa harus dibebani biaya, kata Alex Noerdin meyakinkan.(int)

SMU UNGGULAN DI MUBA TIDAK SAMA DENGAN DAERAH LAIN

Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri-2 Unggulan di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) tidak sama dengan yang dimiliki daerah lain di Indonesia, karena semua biaya pendidikan siswa digratiskan.
SMU unggulan di daerah tersebut para siswanya selain diberikan fasilitas biaya pendidikan gratis juga diasramakan secara cuma-cuma, kata Bupati Muba, H. Alex Noerdin dalam suatu acara di Palembang, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, para siswa SMU Unggulan itu selain diprioritaskan 80 persen bagi siswa berprestasi di kabupaten tersebut, juga sekitar 20 persennya untuk siswa lulusan SLTP berprestasi dari daerah lain di luar Muba.
Program tersebut dilakukan berdasarkan komitmen dan upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, karena prioritas utama pembangunan di sektor pendidikan dimana bangsa yang maju melalui peningkatan kulaitas pendidikan sehingga berhasil mencetak generasi muda berprestasi.
Mengenai biaya pendidikan itu, menurut dia, dianggarkan melalui APBD yakni 20 persen lebih khusus sektor pendidikan.
APBD Muba tahun 2007 sebesar Rp1,589 triliun, dan dari jumlah itu Rp345,6 miliar diantaranya sektor pendidikan.
“Kalau kita melihat ke belakang sekitar empat tahun lalu, tamatan SMU di Muba tidak satupun yang berhasil diterima di Universitas Sriwijaya, karena kalah bersaing dengan lulusan sekolah lain di provinsi tersebut,” katanya.
Namun setelah pemkab memberlakukan program wajib belajar dengan biaya sekolah gratis, ternyata lulusan SMU di Muba mampu seratus persen lulus dan semuanya diterima di perguruan tinggi negeri baik di Sumsel maupun di provinsi lain bahkan ada yang sekolah ke luar negeri.
“Saya yakin daerah lain kalau komitmen dan mau melakukan, juga bisa seperti Muba, karena daerah yang miskin tidak mampu membiayai pendidikan akan mendapat subsidi melalui APBN pusat yakni sebesar 20 persen,” tambahnya. (int)