Jokowi “Tidak Diterima” Warga Sumbar


Dengan bangganya Presiden Jokowi dan Ibu Negara berjalan ke tempat upacara dengan berpakaian adat Sumatera Barat nan elok dan rancak.

Laporan Subroto, Jakarta.

Hal itu sangat jelas disaksikan rakyat Indonesia karena disiarkan langsung di hampir semua TV nasional.

Itulah saat paling indah saat perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun lalu.

Dalam acara bersejarah itu thema yang diambil adalah keberagaman dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, dan uniform yang dikenakan setiap undangan dalam acara itu mengusung konsep Pakaian Adat Tradisional Daerah Indonesia.

Tidak tahu jelas apa alasan Pak Jokowi dan Ibu Iriana memilih pakaian adat Minang Kabau Sumatera Barat yang ia kenakan hari itu. Padahal, sebagai orang asli suku Jawa, Jokowi dan Iriana sama sekali malah tak memilih baju adat daerah asalnya saat itu.

Berdasarkan sumber yang dekat kalangan istana, pemilihan pakaian adat Sumbar saat itu murni keinginan pak Jokowi dan Ibu Iriana, bukan saran atau usulan orang sekitar presiden.

“Benar pak, pak Jokowi dan Ibu sendiri yang memilih baju adat Sumbar”, ujar sumber tersebut.

Selain nampak sangat anggun dan berwibawa, pakaian adat Minang jelas memberikan nuansa yang kental tentang keberagaman budaya yang sangat majemuk di Indonesia.

Namun, selain itu dengan memakai pakaian adat minang dalam acara super resmi tersebut, Jokowi ingin menyampaikan pesan bahwa ia sebagai presiden sangat mencintai dan berkonsentrasi terhadap masyarakat Sumatera Barat.

” Beliau merasa ingin lebih dekat dan ingin lebih diterima oleh masyarakat Sumbar”, ujar sumber tadi.

Kendati pada Pilpres 2014 lalu Jokowi kalah telak di Provinsi tersebut, namun telah melupakannya dan mengajak semua warga untuk bahu membahu membangun daerahnya.

Pilpres 2019 Jokowi “Tak Diterima”

Agak mencengangkan ternyata pada Pilpres 2019 ini Jokowi semakin terpuruk di provinsi ini. Jokowi kalah telak.

Berbagai analisa dan asumsi masyarakat terkait kekalahan telak Jokowi di Sumbar ramai di.media sosial. Jokowi dianggap tak mampu melunakan hati warga minang. Bahkan segala prestasi pembanguna, baik infrastruktur maupun program pemberdayaan masyarakat yang banyak ia gelontorkan ke provinsi itu nyaris tak diakui dan tak bernilai dimata warga sana.

“Kerja Jokowi sama sekali tak dihargai, dan kehadiran Jokowi sebagai presiden dengan bermacam sentuhan pembangunan disana hanya dianggap angin lalu saja”, ujar M. Afrizal, seorang pemilik usaha rumah makan padang di Jakarta, yang mengaku tak mengerti dengan cara berfikir saudaranya di daerah asalnya, Padang.

Pendek kata, Jokowi tak diterima warga Sumbar, tambahnya lagi.

Rizal, sapaan sehari-harinya, mengaku prihatin dan malu atas perlakuan warga di daerahnya kepada Presiden Jokowi yang telah bersusah payah membangun Sumbar.

Tapi itulah kenyataannya. Pilihan orang adalah hak mereka, tambahnya.

Si Malin Kundang

Ada pendapat atau penilaian yang agak ekstrim terhadap warga Sumbar yang dianggap tidak tahu berterima kasih.

” Orang Sumbar yang seperti Si Malin Kundang yang jadi legenda di sana. Ia orang yang tak tahu berterima kasih”, tambah Mus Muliadi, warga Jakarta Barat.

Jasa Ibu kandung saja bisa begitu saja dilupakan, apalagi jasa seorang Presiden yang jelas orang lain, tambahnya.

Tinggalkan komentar